Rusia – Pada tanggal 29 November 2024, militer Rusia mengumumkan bahwa angkatan udaranya telah melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap pasukan pemberontak di Suriah, yang telah melancarkan serangan besar-besaran di kota Aleppo. Serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan ofensif yang dilancarkan oleh kelompok oposisi Suriah dan sekutu-sekutu mereka yang didukung oleh Turki.
Konflik Memanas di Aleppo
Pertempuran yang pecah di kota Aleppo, yang merupakan kota kedua terbesar di Suriah, mengindikasikan eskalasi baru dalam perang saudara yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Pada Jumat, 29 November, pasukan oposisi yang didukung oleh Turki berhasil mencapai perbatasan kota Aleppo. Mereka kemudian melancarkan serangan kilat yang menargetkan posisi-posisi penting dari pasukan pemerintah Suriah yang didukung oleh Iran dan Rusia.
Menurut laporan yang beredar, serangan tersebut telah mengakibatkan korban jiwa yang signifikan dan menjadi salah satu pertempuran paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Suriah. Di satu sisi, pasukan pemerintah Suriah berusaha keras mempertahankan kendali atas Aleppo, sementara kelompok oposisi berusaha merebut kembali wilayah yang telah mereka hilangkan dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan Udara Rusia di Suriah
Sebagai bagian dari upaya mendukung pasukan pemerintah Suriah, Rusia telah mengerahkan angkatan udaranya untuk menyerang posisi-posisi pemberontak. Menurut keterangan resmi dari militer Rusia, serangan udara tersebut difokuskan pada berbagai target strategis yang dikuasai oleh pasukan oposisi. Laporan dari kantor berita Rusia mengungkapkan bahwa serangan roket dan bom dijatuhkan pada peralatan militer, pasukan bersenjata ilegal, titik kontrol, gudang, serta posisi artileri yang diduga digunakan oleh kelompok teroris.
Serangan ini dipandang sebagai upaya Rusia untuk menekan kekuatan pemberontak yang semakin meningkat di wilayah utara Suriah. Terutama, serangan ini bertujuan untuk mengusir pasukan oposisi yang kini semakin mendekat ke pusat kota Aleppo, sebuah wilayah yang menjadi salah satu titik paling strategis dalam perang ini.
Korban dan Kerusakan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh militer Rusia, diklaim bahwa serangan udara yang dilakukan dalam 24 jam terakhir berhasil menewaskan sekitar 200 militan. Namun, informasi ini belum dapat diverifikasi secara independen karena akses ke wilayah yang dilanda pertempuran sangat terbatas. Banyak pihak yang mengkhawatirkan bahwa pertempuran ini berpotensi menambah jumlah korban sipil yang telah lama menderita akibat perang yang tak kunjung selesai.
Seiring dengan intensifikasi pertempuran ini, situasi kemanusiaan di Suriah semakin memprihatinkan. Aleppo, yang sebelumnya hancur akibat serangkaian serangan dalam perang, kini kembali menjadi medan pertempuran utama. Banyak warga sipil yang terjebak di dalam kota dan menjadi korban dari kekerasan yang terus berlanjut.
Dukungan Internasional dan Implikasi Jangka Panjang
Peningkatan ketegangan ini juga memicu perhatian internasional, dengan banyak negara mengecam aksi-aksi militer yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat. Serangan udara Rusia terhadap pemberontak di Suriah adalah bagian dari dukungannya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, yang telah mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran sepanjang perang saudara ini.
Sementara itu, kelompok oposisi yang didukung oleh Turki merasa semakin percaya diri setelah berhasil melancarkan serangan kilat yang menembus garis pertahanan pasukan pemerintah. Keberhasilan mereka di Aleppo menunjukkan bahwa kekuatan mereka masih cukup besar untuk memaksa pemerintah Suriah dan sekutunya untuk mempertahankan diri.
Namun, serangan udara Rusia juga menambah ketegangan internasional, mengingat bahwa berbagai pihak memiliki kepentingan di Suriah. Rusia, yang merupakan sekutu utama Presiden Assad, berusaha memastikan kelangsungan rezimnya, sementara negara-negara barat dan negara-negara lain yang mendukung oposisi berharap untuk melihat perubahan di Suriah.
Tantangan dalam Upaya Rekonsiliasi
Bagi Suriah sendiri, situasi ini semakin menjauhkan negara itu dari harapan perdamaian. Meskipun telah ada beberapa upaya rekonsiliasi yang difasilitasi oleh organisasi internasional, perang ini terus berlanjut tanpa adanya tanda-tanda solusi yang jelas. Pemberontak dan pasukan pemerintah masih saling berhadapan, sementara negara-negara yang terlibat di Suriah masing-masing memiliki agenda politik yang berbeda.
Pemerintah Suriah dan sekutunya berusaha merebut kembali wilayah yang telah hilang, sementara oposisi berjuang untuk mendapatkan pengakuan internasional dan kekuasaan lebih besar di negara tersebut. Hal ini membuat jalan menuju perdamaian terasa semakin sulit, meskipun berbagai pihak berusaha untuk mencari jalan keluar yang adil dan damai.
Kesimpulan
Perang saudara Suriah kembali memasuki babak baru dengan serangan udara yang dilakukan oleh Rusia terhadap pemberontak di Aleppo. Serangan ini tidak hanya menambah kerusakan pada kota yang telah hancur sebelumnya, tetapi juga meningkatkan ketegangan internasional yang melibatkan berbagai negara dengan kepentingan yang berbeda. Sementara itu, korban sipil terus berjatuhan, dan upaya untuk mencari solusi damai semakin menemui jalan buntu.
Dengan meningkatnya intensitas pertempuran di Aleppo dan wilayah lain di Suriah, masa depan negara ini tetap penuh ketidakpastian. Seiring berjalannya waktu, dunia akan terus mengawasi apakah serangan ini hanya memperpanjang penderitaan rakyat Suriah ataukah membuka peluang baru untuk kesepakatan yang dapat membawa perdamaian.