Berita  

Mengerikan ! Tanah Longsor di Papua Nugini: Tidak Ada Rumah Tersisa

Tanah Longsor di Papua Nugini
Tanah Longsor di Papua Nugini
banner 120x600
banner 468x60

Bencana Tanah Longsor yang Mengguncang Papua Nugini

Papua Nugini baru-baru ini diguncang oleh bencana tanah longsor yang mengerikan, meninggalkan lebih dari 670 orang terkubur di bawah tanah. Pejabat PBB mengungkapkan angka tersebut, namun lembaga kemanusiaan memperingatkan bahwa jumlah korban bisa lebih besar. Ketua Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Papua Nugini, Serhan Aktoprak, menjelaskan bahwa dampak bencana ini jauh lebih parah dari yang diperkirakan.

“Diperkirakan ada lebih dari 150 rumah yang kini terkubur,” kata Aktoprak pada Minggu (26/05). Sampai saat ini, hanya lima jenazah yang berhasil ditemukan di bawah reruntuhan. Informasi ini didasarkan pada laporan pejabat di Desa Yambali, Provinsi Enga, yang menyatakan bahwa lebih dari 150 rumah tertimbun tanah longsor pada Jumat (24/05).

banner 325x300

Sekitar 1.250 orang telah mengungsi akibat bencana ini. Daerah yang terkena dampak berada di dataran tinggi Enga, utara negara yang berbatasan dengan wilayah timur Indonesia. Hingga Minggu (26/05), pemerintah Papua Nugini belum meminta bantuan dari negara lain.

Kronologi Tanah Longsor di Enga

Tanah longsor yang terjadi di dataran tinggi Enga pada Jumat (24/05) pukul 03.00 waktu setempat menghancurkan ratusan rumah. Masih belum jelas berapa banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan, tetapi jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan. Juru bicara lembaga kemanusiaan yang membantu upaya pertolongan, Care Australia, mengatakan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah.

“Waktu terjadinya tanah longsor menunjukkan bahwa jumlah korban tewas akan meningkat,” ujarnya. Hingga Minggu (26/05), baru lima jenazah yang berhasil dievakuasi. Hampir 4.000 orang tinggal di daerah tersebut, namun Care Australia memperingatkan bahwa jumlah korban yang terkena dampak bisa lebih tinggi karena banyak orang yang melarikan diri dari konflik suku di wilayah tetangga.

Desa-desa lain juga bisa terkena risiko jika tanah longsor terus berlanjut menuruni gunung. Amos Akem, anggota parlemen Provinsi Enga, mengatakan kepada Guardian bahwa lebih dari 300 orang dan 1.182 rumah tertimbun berdasarkan laporan lapangan.

Tantangan dalam Upaya Penyelamatan

Amos Akem mengungkapkan bahwa proses penyelamatan terkendala karena akses jalan menuju Desa Yambali dan ibu kota yang terdampak terhalang. Satu-satunya jalan raya menuju Provinsi Enga tertutup. Pejabat PBB, Serhan Aktoprak, menambahkan bahwa tim penyelamat menghadapi berbagai tantangan, termasuk keengganan kerabat yang berduka untuk membiarkan alat berat mendekati orang yang mereka cintai.

Warga setempat menggunakan kayu, sekop, dan garu untuk mengevakuasi jenazah yang terperangkap di bawah tanah. Puing-puing dari tanah longsor, termasuk batu-batu besar, pepohonan, dan tanah, memiliki kedalaman hingga 8 meter di beberapa daerah. Kerusakan akibat tanah longsor di Maip Mulitaka, Enga, Papua Nugini sangat parah, dengan beberapa rumah selamat namun skala bencana mengindikasikan jumlah korban jiwa bisa lebih dari 100 orang.

Hanya ada satu jalan utama menuju Provinsi Enga dan puing-puing berjatuhan di sebagian besar wilayah tersebut, membatasi akses ke lokasi penyelamatan. Upaya penyelamatan menjadi semakin rumit karena kekhawatiran akan terjadinya tanah longsor tambahan. “Tanah terus longsor dan bergerak, membahayakan aktivitas penyelamatan,” kata Aktoprak kepada AFP.

Kesaksian Warga dan Risiko Susulan

Para penduduk sekitar melukiskan pemandangan yang menghantarkan rasa ngeri: pepohonan dan puing-puing yang tumbang dari lereng gunung, menimbun sebagian besar penduduk. Rekaman dari lokasi tragedi menunjukkan upaya heroik penduduk setempat mengevakuasi jenazah dari reruntuhan. Lebih dari 1.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena bencana ini. Aktoprak menyatakan bahwa lahan berkebun yang menjadi sumber makanan dan air bagi banyak orang hampir sepenuhnya musnah.

Ancaman kemungkinan terjadinya tanah longsor susulan terus menghantui usaha penyelamatan oleh tim penyelamat. “Air masih mengalir, menimbulkan risiko besar bagi semua orang yang terlibat,” katanya. Para petugas layanan darurat terus berjuang keras untuk menyelamatkan para korban bencana tanah longsor, meskipun upaya bantuan terkendala oleh kondisi medan yang sulit dan kerusakan pada jalan utama. Beberapa wilayah yang terdampak hanya bisa dijangkau melalui helikopter.

Dominic Lau, seorang warga desa terdekat, menceritakan bahwa ketika dirinya tiba di lokasi longsor, “tidak ada rumah yang tersisa.” Berbicara kepada stasiun televisi ABC di Australia, Lau menggambarkan bahwa daerah tersebut telah menjadi dataran tanah kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya material alami yang tersebar. Tidak ada orang, tidak ada bangunan yang bisa dilihat, hanya kehampaan yang menyelimuti area tersebut.

Upaya Pemerintah dan Tanggap Darurat

Gubernur Enga, Peter Ipatas, menyebut enam desa terdampak tanah longsor sebagai “bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Enga berjarak lebih dari 600 km dari ibu kota negara, Port Moresby. Kabar terbaru dari Palang Merah Papua Nugini menyebutkan bahwa sebuah tim tanggap darurat telah disusun dengan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pejabat kantor gubernur provinsi, kepolisian, pasukan pertahanan, dan organisasi non-pemerintah lokal. Ini menandakan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan sektor sipil untuk mengatasi situasi darurat yang sedang dihadapi. Tim ini telah dikerahkan ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan dan membantu dalam upaya penyelamatan dan pemulihan.

Pada Jumat, Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengatakan bahwa pemerintah bekerja sama dengan pejabat setempat untuk memberikan “bantuan, pemulihan jenazah, dan rekonstruksi infrastruktur.” Hingga saat ini, belum ada permintaan bantuan resmi dari negara lain, namun pemerintah terus berupaya untuk mengatasi dampak bencana ini.

Warga Negara Indonesia dan Dukungan Internasional

Setelah bencana tanah longsor di Papua Nugini, KBRI Port Moresby segera berkoordinasi dengan otoritas setempat dan komunitas warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut. Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, menyatakan bahwa hingga saat ini tidak ada informasi tentang korban WNI dalam bencana ini.

Judha menyatakan bahwa KBRI akan terus mengawasi situasi di lapangan, memantau perkembangan dan kebutuhan yang muncul akibat bencana tersebut. Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat siap membantu penanganan bencana tanah longsor di Papua Nugini dan menyebut negara itu sebagai “mitra dan teman dekat” AS.

Amerika Serikat telah memperkuat hubungan dengan Papua Nugini di kawasan Asia Pasifik setelah China menandatangani perjanjian keamanan dengan Kepulauan Solomon pada 2022, yang memungkinkan Beijing mengerahkan personel polisi dan militer ke negara tersebut. Pada tahun lalu, Amerika Serikat menandatangani perjanjian pertahanan dengan Papua Nugini, sebuah negara yang terletak di selatan Guam, sebuah wilayah AS yang juga merupakan pusat militer utama di kawasan Pasifik.

Kesimpulan Tanah Longsor Papua

Bencana tanah longsor di Papua Nugini mengguncang dunia dengan skala kehancuran dan jumlah korban yang sangat besar. Upaya penyelamatan yang penuh tantangan, risiko tanah longsor susulan, dan kerusakan infrastruktur membuat penanganan bencana ini semakin kompleks. Dukungan dari komunitas internasional dan upaya pemerintah setempat sangat dibutuhkan untuk membantu ribuan orang yang terkena dampak bencana alam ini. Semoga Papua Nugini segera pulih dari tragedi yang memilukan ini.

Artikel ini di tulis oleh: https://japanpress.info/

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *